Sejarah Agama Buddha Aliran Nichiren Shoshu di Indonesia
Sejarah Agama Buddha Aliran Nichiren Shoshu di Indonesia Agama Buddha Nichiren Shoshu pertama-tama masuk ke Indonesia pada tahun 1950-an. Berkembang mula-mula di Jakarta. Sejak kepemimpinan Bapak Senosoenoto, agama Buddha Nichiren Shoshu berkembang luas hingga ke pelosok desa-desa di Indonesia. Tahun 1964 dibentuk wadah bagi umat Nichiren Shoshu di Indonesia yaitu NSI (Nichiren Shoshu Indonesia). Organisasi umat Buddha Nichiren Shoshu Indonesia pertama-tama berupa yayasan yaitu Yayasan Buddhist Nichiren Shoshu.
Pada tanggal 28 Oktober 1986 didirikan organisasi kemasyarakatan Majelis Agama Buddha Nichiren Shoshu Indonesia (disingkat NSI). Dalam kongres pertamanya di Mangkunegaran, Surakarta, Bapak Senosoenoto terpilih sebagai Ketua Umum.
Pada bulan Oktober 1992, NSI menyelenggarakan kongres kedua di Megamendung, Bogor. Hasil kongres antara lain adalah perubahan nama organisasi menjadi Parisadha Buddha Dharma Nichiren Shoshu Indonesia (PBDNSI). Selain itu, memilih kembali Bapak Senosoenoto sebagai Ketua Umum, didampingi oleh Ibu Keiko S. Senosoenoto dan Djohan Nataprawira Sebagai Wakil Ketua Umum, serta Suhadi Sendjaja sebagai Sekretaris Jenderal.
Tanggal 6 Januari 1993, Bapak Senosoenoto wafat. Sepeninggal Bapak Senosoenoto terjadi konflik organisasi. Djohan Nataprawira dan Suhadi Sendjaja memisahkan diri. Sementara Ibu Keiko S. Senosoenoto dan Ibu Herwindra Aiko Senosoenoto mendirikan Yayasan Pandita Sabha Buddha Dharma Indonesia.
Yayasan ini, pada tanggal 1 Juni 1995 ditunjuk oleh Sangha Kuil Pusat Taiseki-Ji Nichiren Shoshu (Jepang) sebagai satu-satunya wadah penganut Nichiren Shoshu di Indonesia. Dirjen Bimas Hindu dan Buddha Departemen Agama RI merestui sikap Sangha Kuil Pusat Nichiren Shoshu ini dengan suratnya No: H/BA.01.1/115/I/97 tertanggal 27 Januari 1997 perihal Yayasan Pandita Sabha Buddha Dharma Indonesia. Selain itu, Kuil Pusat Taisekiji juga memberikan mandat kepada Ibu Keiko S. Senosoenoto sebagai Penanggung Jawab Tertinggi Ajaran Nichiren Shoshu di Indonesia.
Dengan demikian, umat Buddha Nichiren Shoshu di Indonesia berada dalam wadah tunggal Yayasan Pandita Sabha Buddha Dharma Indonesia (YPSBDI). Atas arahan dari Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama Republik Indonesia, pada tahun 2012 dibentuk Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia (MNSBDI) yang menjadi wadah kegiatan umat Buddha Nichiren Shoshu di Indonesia dengan Ketua Umum Pandita Utama Herwindra Aiko Senosoenoto, Wakil Ketua Umum Pandita Utama Rusdy Rukmarata, dan Sekretaris Jenderal Pandita Utama Alim Sudio.
Profil Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia
Bapak Senosoenoto selalu mendengungkan ajaran cinta tanah air dari Buddha Nichiren Daishonin kepada umatnya. Prinsip ‘Menjadi Mata, Tiang, dan Bahtera Bangsa’ benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Umat didorong untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam forum pertemuan dan dalam pergaulan sehari-hari. Aksi-aksi kemanusiaan seperti donor darah, menjadi calon donor mata, kebersihan lingkungan, reboisasi dan penghijauan, penanggulangan banjir, dan menolong korban berbagai bencana lainnya, juga dilakukan oleh umat Nichiren Shoshu di Indonesia. Sebagai wujud dari cinta tanah air itu pula umat terus didorong untuk bekerja sama dengan berbagai unsur masyarakat untuk membangun daerah sekitarnya. Umat juga giat melakukan berbagai kegiatan seni budaya Indonesia dari angklung, marching band, tari daerah, teater, musik, hingga tari kontemporer.
Bapak Senosoenoto senantiasa mengajak umatnya, terutama generasi muda, Untuk berperan aktif dalam membangun kehidupan sosial di sekitarnya. Hal ini antara lain dimanifestasikan dalam bentuk gerakan donor darah, donor mata, membantu korban bencana alam, mengembangkan kesenian hingga pertanian, dan usaha kecil.
Dalam menyelenggarakan kegiatan semacam ini, MNSBDI selalu bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain, mulai dari pemerintah, LSM, ormas, maupun perseorangan. Hal ini memang dimaksudkan agar umat MNSBDI tak menganut sikap eksklusif dan betul-betul menjadi bagian dari bangsa Indonesia sepenuhnya.
Hingga sekarang, gerakan cinta tanah air umat Majelis Nichiren Shoshu Buddha Nichiren Shoshu Indonesia secara konsisten dijaga dan dikembangkan penerapannya sesuai perkembangan zaman oleh Ketua Umum Pandita Utama Herwindra Aiko Senosoenoto.
Saat ini, di bawah kepemimpinan Pandita Utama Aiko Senosoenoto, umat MNSBDI telah tersebar di 19 provinsi di Indonesia. Pola pembinaan sejak awal kelahiran MNSBDI terus berlanjut hingga sekarang. Selain acara keagamaan, MNSBDI senantiasa menyelenggarakan acara pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan kualitas SDM sekaligus mempererat umat BDI dengan umat beragama lainnya di Indonesia.
Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia telah menaungi tempat
ibadah sebanyak 105 vihara/cetya yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Selain itu, ada dua buah kuil utama yaitu Kuil Kokaisan Myogan-Ji (artinya Kuil Keinginan Gaib) yang terletak di Desa Megamendung, Kec. Megamendung, Bogor, Jawa Barat dan Kuil Syorenzan Hosei-Ji (artinya Kuil Hukum Suci) di Jl. Padang No. 25 – 27, Kel. Pasar Manggis, Kec. Setiabudi, Jakarta Selatan. Kedua kuil ini telah diberkahi oleh Biksu Tertinggi ke-67 Nichiren Shoshu, Nikken Shonin Geika pada tanggal 27 September 2005 dan diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia pada tanggal 2 September 2006.
Kegiatan Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia di DKI
Jakarta
- Melakukan pembinaan umat dan penyiaran dharma berdasarkan
sumber ajaran Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia di
provinsi DKI Jakarta. - Menanam dan memperkokoh nasionalisme dan atau patriotisme serta persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia serta berperan nyata dalam kegiatan-kegiatan mengatasi permasalahan masyarakat dan bangsa Indonesia dalam segala aspeknya yang pada hakikatnya adalah dengan merombak sebab pokok kesesatan jiwa manusia.
- Menyelenggarakan upacara dan pelayanan keagamaan pada umat MNSBDI.
- Melakukan kegiatan keagamaan yang meliputi, tetapi tidak terbatas pada ibadah, ritual, upacara yang dilaksanakan di dalam maupun di luar kuil, dan kegiatan sosial keagamaan.
- Membangun, memelihara, dan mengembangkan vihara, cetya, balai, gedung beserta sarana-sarana lainnya di DKI Jakarta.
- Mengadakan pendalaman ajaran serta mengadakan penelitian terhadap permasalahan umat dan atau masyarakat di DKI Jakarta.
- Mengadakan kerjasama dengan pemerintah Provinsi DKI Jakarta, BUMD, swasta, organisasi masyarakat, dan atau lembaga keagamaan lainnya.
- Melakukan kegiatan-kegiatan lainnya yang sesuai dengan sumber ajaran, prinsip, azas, serta tujuan Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia, dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- Membangun masyarakat bersama-sama melalui berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan di bidang Pendidikan, Lingkungan, Pemberdayaan Umat, dan Siaga Bencana dalam wadah Gerakan Peduli Sekitar Kita yang merupakan perwujudan dari pelaksanaan ajaran Nichiren Shoshu.