Hari Asadha (13 Juli 2022)
Purnama di bulan Juli merupakan saat yang baik bagi umat Buddha untuk menyegarkan kembali pemahamannya terhadap Buddha Dhamma. Karena pada saat itu kita mengenang peristiwa penting di mana Guru Agung Buddha membabarkan Dhamma untuk pertama kalinya.
Guru Agung Buddha menyampaikan kothbah pertama kepada lima orang pertapa di Taman Rusa Isipatana. Kelima orang pertapa itu adalah Kondanna, Bhaddiya, Vappa, Mahanama, dan Assaji. Bersama kelima orang pertapa yang kemudian menjadi siswanya, dibentuklah Sangha Bhikkhu pertama sehingga lengkaplah Triratna (Buddha, Dhamma, dan Sangha). Ketiga peristiwa itulah yang kemudian diperingati sebagai Hari Asadha.
Hal penting yang dapat kita petik melalui momentum peringatan Hari Asadha adalah makna dari khotbah pertama yang disampaikan oleh Guru Agung Buddha. Khotbah pertama pada hari Asadha itu dikenal dengan nama Dhamma Cakka Pavattana Sutta, yang berarti Pemutaran Roda Dhamma. Dalam Khotbah tersebut, Guru Agung Buddha mengajarkan mengenai Empat Kesunyataan Mulia (Cattari Ariya Saccani) yang menjadi landasan pokok Buddha Dhamma.
Guru Agung Buddha mengajarkan kepada umat Buddha untuk membebaskan dari penderitaan dan meraih kebahagiaan sejati. Umat Buddha diajarkan untuk menyadari dan mengakui pada fenomena kehidupan tentang adanya penderitaan seperti: usia tua, sakit, mati dan rencana yang tidak tercapai. Umat Buddha harus bijak menghadapi penderitaan yang datang padanya.
Selanjutnya, umat Buddha harus berusaha untuk mengikis sebab penderitaan itu. Guru Agung Buddha mengajarkan bahwa sebab dari penderitaan itu adalah nafsu-nafsu keinginan rendah (tanha) yang tidak ada habis-habisnya. Nafsu keinginan rendah itu meliputi: keinginan akan kenikmatan indria, keinginan atas kelangsungan atau perwujudan, dan keinginan akan pemusnahan. Dengan terputusnya sebab penderitaan itulah, maka kebahagiaan tertinggi dapat dicapai.
Kata kunci yang diajarkan Guru Agung Buddha untuk memutus sebab penderitaan adalah dengan melaksanakan jalan mulia berunsur delapan (Ariya Atthangika Magga). Inilah satu jalan yang membebaskan makhluk dari penderitaan, jalan yang menghindari cara hidup yang ekstrim, yakni pemuasan nafsu yang berlebihan dan penyiksaan diri yang berlebihan.
Melalui praktik jalan mulia berunsur delapan ini, umat Buddha harus mengembangkan latihan sila, samadhi, dan panna dalam kehidupan sehari-hari. Memang tidak mudah untuk melakukan hal ini. Tetapi juga bukan merupakan sesuatu yang tidak mungkin.
Sila berarti perilaku yang baik dan luhur meliputi: ucapan, perbuatan, dan penghidupan benar. Samadhi berarti pemusatan pikiran pada satu objek yang baik, meliputi: daya upaya, perhatian, dan konsentrasi benar. Panna berarti kebijaksanaan luhur, meliputi: pandangan dan pikiran benar.
Marilah kita maknai peringatan Hari Asadha ini dengan merealisasikan ajaran Empat Kesunyataan Mulia (Cattari Ariya Saccani) untuk melepaskan diri dari belenggu nafsu keinginan. Umat Buddha harus berjuang dengan gigih dalam kehidupan sehari-hari, untuk memperkecil sebab-sebab penderitaan, demi meraih kebahagiaan setahap demi setahap.
Bante Sri Pannyavaro mengingatkan kepada kita untuk berlatih terus menerus, berjuang terus dengan arah yang benar, arah menyelesaikan penderitaan, melenyapkan sebab penderitaan untuk merealisasikan kebahagiaan tertinggi.
Inilah makna penting peringatan Hari suci Asadha. Melalui peristiwa Asadha itulah, umat Buddha sampai saat ini dapat mengenal Buddha Dhamma. Buddha Dhamma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, dan indah pada akhirnya.
Selamat memperingati Hari suci Asadha, Semoga semua mahkluk hidup berbahagia.
Caliadi (Dirjen Bimas Buddha)